Rabu, 21 November 2012

Penjual bunga


Beberapa hari yang lalu ada beberapa orang berkumpul diatas rerumputan. Mengelar alas untuk duduk yang disertai dengan membawa banyak barang yang mungkin akan dibutuhkan sekian banyak orang pada saat itu. Hari itu adalah hari dimana seorang mahasiswa menantikan puncak dari kerja keras mereka selama beberapa tahun mengenyam berbagai pengetahuan dalam institusi pendidikan. Puncak sebuah hasil dengan pengakuan dari semua orang.

 Dan moment seperti itu dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk menjual rangakaian bunga. Cukup banyak orang yang melakukan kegiatan itu untuk mencari sedikit peruntukan keuangan. Aku terlanjur menyetujui untuk mengambil bagian dalam kegiatan itu...,awalnya aku ragu. Namun aku harus membantu kegiatan ini untuk mewujudkan suatu kegiatan yang konon akan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Sebuah acara yang benar-benar menguras tenaga, pikiran dan keuangan yang menjadi jawaban dari kesangupan atas kepemimpinan. Demi itu semua ku lakukan satu hal yang belum pernah ku lakukan sebelumnya.., 

rangkaian bunga mawar merah dan merah muda telah ditangan. Tidak hanya satu rangkaian, ada beberapa rangkaian yang setidaknya bisa ku bawa dengan tangan kecilku.Aku membawa bunga itu berkeliling menuju kerumunan manusia. Aku tidak sendiri saat itu. Aku bersama salah seorang teman. Aku sama sekali tidak bisa bersuara seperti orang diujung sana. Aku sungguh payah untuk hal semacam ini. Aku dan seorang teman hanya berdiri berkeliling seperti mencari jejak teman yang lain yang lebih dulu meninggalkan kita berdua sendiri. kita hanya bisa merunduk saat beberapa orang menjual bunga yang kondisinya sangat bagus dari bunga kita. Rasanya tidak yakin akan terjual melihat bunga tetangga lebih cerah. Namun disaat yang terduga, dibalik pintu masuk yang besar itu ada seorang laki-laki duduk bersila dengan santai. Ia lalu memanggil kami sembari meyakinkan dirinya bahwa kami menjual rangkaian bunga itu. Beberapa waktu saja semua ketakutan kami berubah. Laki-laki itu membeli satu rangkaian bunga kami. Sungguh rasanya masih tidak percaya. Entah mengapa laki-laki itu lebih memilih membeli bunga kami yang tampak tidak terlalu bagus.Apalagi jika kau sandingkan dengan penjual bunga lain yang ada disana. Untuk pertama kalinya dalam hidup kita merasa terharu dengan kenyataan itu.

Hal yang kita rasakan jauh lebih bahagia dengan mendapatkan pembeli pertama. Membandingkan bahwa usaha kami untuk mempengaruhi orang lain untuk membeli tidak seberapa. Tetapi sungguh tidak bisa mengantikan uang yang pertama kali kita dapatkan dengan susah payah itu dengan apapun. Ketika melihat pembeli pertama itu tersenyum bahagia rasanya juga ikut bahagia. Hal yang membuat hati kami terbuka lebar adalah ternyata mendapat sedikit uang itu lebih susah dari bayangan kami. Dan ingatan itu seketika mengigatkan ku pada orang tua ku. Tampaknya aku merindukan mereka. Benar-benar rindu tetapi tak pernah bisa diungkapakan dengan kata. Hanya disampaikan dengan doa-doa melalui perantara Tuhan saja. 
Tetap saja pengalaman itu cukup berharga bagi kami. Hal yang dapat kita renungkan adalah saat kita meminta sesuatu tanpa tahu betapa sulitnya mengumpulkannya akan membuat kita kurang menghargai yang sedikit itu. Namun jika kita tahu bagaimana orang sekitar kita mengumpulkan itu untuk kita maka kita akan menyadari betapa besar usaha orang itu untuk kita, yang kadang kurang bisa kita hargai pemberiannya. Dan kadang kita tidak mempergunakan pembelian orang itu dengan sebaik-baiknya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 21 November 2012

Penjual bunga


Beberapa hari yang lalu ada beberapa orang berkumpul diatas rerumputan. Mengelar alas untuk duduk yang disertai dengan membawa banyak barang yang mungkin akan dibutuhkan sekian banyak orang pada saat itu. Hari itu adalah hari dimana seorang mahasiswa menantikan puncak dari kerja keras mereka selama beberapa tahun mengenyam berbagai pengetahuan dalam institusi pendidikan. Puncak sebuah hasil dengan pengakuan dari semua orang.

 Dan moment seperti itu dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk menjual rangakaian bunga. Cukup banyak orang yang melakukan kegiatan itu untuk mencari sedikit peruntukan keuangan. Aku terlanjur menyetujui untuk mengambil bagian dalam kegiatan itu...,awalnya aku ragu. Namun aku harus membantu kegiatan ini untuk mewujudkan suatu kegiatan yang konon akan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Sebuah acara yang benar-benar menguras tenaga, pikiran dan keuangan yang menjadi jawaban dari kesangupan atas kepemimpinan. Demi itu semua ku lakukan satu hal yang belum pernah ku lakukan sebelumnya.., 

rangkaian bunga mawar merah dan merah muda telah ditangan. Tidak hanya satu rangkaian, ada beberapa rangkaian yang setidaknya bisa ku bawa dengan tangan kecilku.Aku membawa bunga itu berkeliling menuju kerumunan manusia. Aku tidak sendiri saat itu. Aku bersama salah seorang teman. Aku sama sekali tidak bisa bersuara seperti orang diujung sana. Aku sungguh payah untuk hal semacam ini. Aku dan seorang teman hanya berdiri berkeliling seperti mencari jejak teman yang lain yang lebih dulu meninggalkan kita berdua sendiri. kita hanya bisa merunduk saat beberapa orang menjual bunga yang kondisinya sangat bagus dari bunga kita. Rasanya tidak yakin akan terjual melihat bunga tetangga lebih cerah. Namun disaat yang terduga, dibalik pintu masuk yang besar itu ada seorang laki-laki duduk bersila dengan santai. Ia lalu memanggil kami sembari meyakinkan dirinya bahwa kami menjual rangkaian bunga itu. Beberapa waktu saja semua ketakutan kami berubah. Laki-laki itu membeli satu rangkaian bunga kami. Sungguh rasanya masih tidak percaya. Entah mengapa laki-laki itu lebih memilih membeli bunga kami yang tampak tidak terlalu bagus.Apalagi jika kau sandingkan dengan penjual bunga lain yang ada disana. Untuk pertama kalinya dalam hidup kita merasa terharu dengan kenyataan itu.

Hal yang kita rasakan jauh lebih bahagia dengan mendapatkan pembeli pertama. Membandingkan bahwa usaha kami untuk mempengaruhi orang lain untuk membeli tidak seberapa. Tetapi sungguh tidak bisa mengantikan uang yang pertama kali kita dapatkan dengan susah payah itu dengan apapun. Ketika melihat pembeli pertama itu tersenyum bahagia rasanya juga ikut bahagia. Hal yang membuat hati kami terbuka lebar adalah ternyata mendapat sedikit uang itu lebih susah dari bayangan kami. Dan ingatan itu seketika mengigatkan ku pada orang tua ku. Tampaknya aku merindukan mereka. Benar-benar rindu tetapi tak pernah bisa diungkapakan dengan kata. Hanya disampaikan dengan doa-doa melalui perantara Tuhan saja. 
Tetap saja pengalaman itu cukup berharga bagi kami. Hal yang dapat kita renungkan adalah saat kita meminta sesuatu tanpa tahu betapa sulitnya mengumpulkannya akan membuat kita kurang menghargai yang sedikit itu. Namun jika kita tahu bagaimana orang sekitar kita mengumpulkan itu untuk kita maka kita akan menyadari betapa besar usaha orang itu untuk kita, yang kadang kurang bisa kita hargai pemberiannya. Dan kadang kita tidak mempergunakan pembelian orang itu dengan sebaik-baiknya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar